Kemoreseptor
pada Hewan
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai organ indera dan reseptor
memungkinkan hewan untuk mengetahui perubahan-perubahan dalam lingkungannya
sehingga dapat memberi respon adaptif yang tepat untuk mengatasi perubahan
tersebut. Agar dapat bertahan hidup tiap organisme telah mengembangkan beberapa
cara untuk mengadakan respon adaptif yang tepat terhadap perubahan lingkungan
yang penting baginya dan menghindari untuk mengadakan respon terhadap isyarat
yang tidak penting. Organ indera memungkinkan hewan menerima informasi untuk
mendapatkan makanan, menemukan, dan menarik lawan jenisnya dan menghindar dari
musuhnya, indera sangat penting dalam pertahanan hidup suatu organisme.
Reseptor
dapat bermacam-macam baik itu reseptor peraba dalam kulit, fotoreseptor dalam
retina mata, dan mekanoreseptor atau kemoreseptor yang berdasarkan perubahan
energi. Dari semua itu percobaan ini akan melihat fungsi dari kemoreseptor itu
sendiri pada hewan.
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk
mengamati dan mengetahui fungsi kemoreseptor pada udang galah (Macrobrachium
rosenbergii).
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak
hewan menggunakan inderanya untuk menemukan pasangan kawin, mengenali teritori
yang ditandai dengan zat-zat kimia, dan membantu penjelajahan selama migrasi.
“Percakapan” kimiawi sangat penting khususnya pada hewan, seperti semut dan
lebah, yang hidup dalam kelompok sosial yang besar. Pada semua hewan,
pengecapan (gustasi) dan penciuman (olfaksi) sangat penting dalam perilaku
pencarian dan pengambilan makanan. Sebagai contoh, seekor hydra memulai gerakan
menelan ketika kemoreseptor mendeteksi senyawa glutathione, yang dikeluarkan
oleh mangsa yang ditangkap oleh tentakel hydra tersebut (Campbell, 2000).
Pada
mamalia, indera pengecap dan penciuman merupakan suatu sistem kemoreseptor yang
khsusus dan sangat peka. Manusia terutama tergantung pada tanda visual dan
auditori. Dibanding dengan hewan lain kita kurang memanfaatkan indera kimiawi
kita dan cenderung untuk meremehkan artinya.
Persepsi
pengecapan dan penciuman bergantung pada kemoreseptor yang mendeteksi zat kimia
spesifik di lingkungan. Pada hewan terrestrial, pengecapan adalah pendeteksian
zat kimia tertentu yang terdapat dalam suatu larutan, dan penciuman adalah
pendeteksian zat kimia yang ada di udara. Akan tetapi, kedua indera kimiawi ini
umumnya saling berhubungan erat, dan sebenarnya tidak ada perbedaan antara
keduanya dalam lingkungan akuatik (Villee, 1988).
Indera
pengecap merupakan struktur berupa tunas yang pada mamalia terdapat lidah dan
langit-langit lunak, tetapi pada vertebrata tingkat rendah terdapat sejumlah
bagian mulutdan faring bahkan di beberapa jaringan kulit kepala. Tiap sel
pengecap, yang merupakan sel epitel dan suatu reseptor, pada permukaannya
mempunyai mikrovilus, yang sebagian menjulur ke dalam suatu pori kecil yang
berhubungan dengan cairan yang membasahi permukaan lidah. Hubungan-hubungan
dengan sel saraf adalah kompleks, karena tiap sel pengecap dilayani oleh lebih
dari satu neuron. Beberapa neuron dapat berhubungan dengan suatu sel dan yang
lain dengan sejumlah sel (Wulangi, 1994).
Reseptor
pengecapan pada serangga terletak pada rambut sensoris di kaki dan mulut yang
disebut sensila. Hewan menggunakan indera pengecapannya untuk menyeleksi
makanan. Sel-sel reseptor untuk pengecapan adalah sel-sel epithelium yang telah
termodifikasi yang diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan (taste bud) yang
tersebar di sejumlah bagian permukaan mulut dan lidah.Indera (Franson, 1992).
Indera
olfaktoris mamalia mendeteksi zat kimia tertentu yang ada diudara. Sel reseptor
olfaktoris adalah neuron yang melapisi bagian atas rongga hidung dan
mengirimkan impuls disepanjang aksonnya secara langsung ke bola olfaktoris
otak. Ujung sel-sel reseptif mengandung silia yang memanjang ke dalam lapisan
mucus yang melapisi rongga hidung (Kimball, 1988).
III.
ALAT DAN BAHAN
Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini diantaranya yaitu akuarium 3 buah, gunting,
dan stopwatch.
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini diantaanya yaitu udang galah (Macrobrachium
rosenbergii) dengan bobot 6-8 gram sebanyak 9 ekor, dan pellet.
IV.
CARA KERJA
3
buah akuarium berisi air bersih dan udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
masing-masinng sebanyak 3 ekor disiapkan. Dilakukan ablasi antenulla ke-1 pada
udang I dank e-2 pada udang II dari setiap akuarium. Udang III dalam tiap
akuarium dibiarkan utuh untuk digunakan sebagai control. Ditengah akuarium
diberi pakan dan bersamaan dengan udang menyentuh pakan, tombol pada stopwatch
yang telah disiapkan ditekan. Diamati gerakan udang di dalam akuarium dan
dicatat waktu yang diperlukan bagi udang I, II, III sejak pakan disajikan
sampai pakan tersebut dimakan. Dilakukan pengamatan selam 20 menit.
V.
HASIL
Tabel Hasil Perhitungan Waktu
Pengamatan
Shift
|
Perlakuan
I
|
Perlakuan
II
|
Perlakuan
III
|
||||||
Mengelilingi pakan
|
Menemukan pakan
|
Memakan pakan
|
Mengelilingi pakan
|
Menemukan pakan
|
Memakan pakan
|
Mengelilingi pakan
|
Menemukan pakan
|
Memakan pakan
|
|
I
|
-
|
47 dtk
|
117 dtk
|
34 dtk
|
412 dtk
|
420 dtk
|
116 dtk
|
190 dtk
|
435 dtk
|
-
|
422 dtk
|
435 dtk
|
57 dtk
|
458 dtk
|
465 dtk
|
120 dtk
|
223 dtk
|
480 dtk
|
|
-
|
119 dtk
|
132 dtk
|
57 dtk
|
488 dtk
|
492 dtk
|
-
|
236 dtk
|
-
|
|
X
|
-
|
196 dtk
|
228 dtk
|
49 dtk
|
452 dtk
|
459 dtk
|
78 dtk
|
216 dtk
|
305 dtk
|
II
|
59 dtk
|
185 dtk
|
200 dtk
|
-
|
180 dtk
|
207 dtk
|
66 dtk
|
80 dtk
|
147 dtk
|
-
|
22 dtk
|
95 dtk
|
-
|
531 dtk
|
532 dtk
|
82 dtk
|
88 dtk
|
151 dtk
|
|
38 dtk
|
-
|
116 dtk
|
-
|
553 dtk
|
535 dtk
|
88 dtk
|
97 dtk
|
162 dtk
|
|
X
|
32 dtk
|
69 dtk
|
137 dtk
|
-
|
421 dtk
|
424 dtk
|
78 dtk
|
88 dtk
|
153 dtk
|
VI.
PEMBAHASAN
Pada hewan yang hidup di perairan,
organ kemoreseptor biasanya digunakan dalam mendeteksi dan menyeleksi makanan
yang berada di dalam air. Salah satu hewan yang menggunakan organ
kemoreseptornya untuk mencari dan menyeleksi makanannya yaitu udang galah (Macrobrachium
rosenbergii). Penggunaan udang ini karena memiliki daya tahan hidup yang
tinggi, dan memiliki antenulla yang lengkap dan panjang.
Percobaan ini menggunakan 3 perlakuan
yaitu pemotongan antenulla pertama, pemotongan antenulla kedua, dan tanpa
pemotongan (sebagai control). Pemotongan antenulla tersebut bertujuan untuk
melihat pengaruh dari pemotongan antenulla ke 1, ke 2, dan control terhadap
reaksi udang pada pakan berupa pellet yang diberikan. Pellet akan diberikan
dibagian tengah akuarium agar pellet dapat menyebar merata di dalam air
akuarium sehingga memudahkan udang dalam responnya terhadap pellet tersebut.
Dari hasil percobaan, dapat
diketahui bahwa adanya pengaruh terhadap pemotongan antenulla pada udang
terhadap pakan. Pada reaksi udang mengelilingi pakan, diketahui bahwa
pemotongan antenulla ke 1 tidak memberikan respon tetapi saat pemotongan
antenulla yang ke 2 udang memberikan respon. Ini dikarenakan antenulla ke 1
udang mempunyai respon yang lebih tinggi dibanding yang kedua, sehingga saat
pemotongan antenulla ke 1 udang tidak merespon tetapi sebaliknya ketika
pemotongan antenulla ke 2 udang menanggapi respon. Untuk perlakuan kontrol,
udang memberikan respon yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan pada
pemotongan antenulla ke 2. Ini mungkin dikarenakan penangkapan respon mengalami
pembagian, antenulla yang ke 1 menanggapi respon pakan dan yang ke 2 menanggapi
respon yang lainnya misalnya suhu atau arus air sehingga melakukan proses yang
sedikit lebih lama.
Pengamatan respon yang kedua yaitu
melihatnya dalam menemukan pakan. Rata-rata udang lebih cepat menemukan pakan
ketika antenula ke 1 dipotong dan udang control dibandingkan dengan udang
dengan pemotongan antenulla ke 2.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Campbell,
N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. edisi 5. jilid 3.
Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta.
Franson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Hewan Ternak.
Edisi 4. Penerjemah: Srigandono. Gadjah
mada university press. yogyakarta.
Kimball,
John W., 1988. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 2. Alih Bahasa: Siti Soetarmi
Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.
Villee,
Claude A., Warren F. Walker, Jr., Robert D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Edisi
Keenam. Jilid 1. Alih Bahasa: Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.
Wulangi, K.S. 1994. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan.
Depdikbud. Jakarta.