Wednesday, October 23, 2019

Kemoreseptor Pada Hewan

Wednesday, October 23, 2019 0
Kemoreseptor Pada Hewan
Kemoreseptor pada Hewan

I.                   PENDAHULUAN
            Latar Belakang
Berbagai organ indera dan reseptor memungkinkan hewan untuk mengetahui perubahan-perubahan dalam lingkungannya sehingga dapat memberi respon adaptif yang tepat untuk mengatasi perubahan tersebut. Agar dapat bertahan hidup tiap organisme telah mengembangkan beberapa cara untuk mengadakan respon adaptif yang tepat terhadap perubahan lingkungan yang penting baginya dan menghindari untuk mengadakan respon terhadap isyarat yang tidak penting. Organ indera memungkinkan hewan menerima informasi untuk mendapatkan makanan, menemukan, dan menarik lawan jenisnya dan menghindar dari musuhnya, indera sangat penting dalam pertahanan hidup suatu organisme.
Reseptor dapat bermacam-macam baik itu reseptor peraba dalam kulit, fotoreseptor dalam retina mata, dan mekanoreseptor atau kemoreseptor yang berdasarkan perubahan energi. Dari semua itu percobaan ini akan melihat fungsi dari kemoreseptor itu sendiri pada hewan.

            Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui fungsi kemoreseptor pada udang galah (Macrobrachium rosenbergii).


II.                TINJAUAN PUSTAKA
Banyak hewan menggunakan inderanya untuk menemukan pasangan kawin, mengenali teritori yang ditandai dengan zat-zat kimia, dan membantu penjelajahan selama migrasi. “Percakapan” kimiawi sangat penting khususnya pada hewan, seperti semut dan lebah, yang hidup dalam kelompok sosial yang besar. Pada semua hewan, pengecapan (gustasi) dan penciuman (olfaksi) sangat penting dalam perilaku pencarian dan pengambilan makanan. Sebagai contoh, seekor hydra memulai gerakan menelan ketika kemoreseptor mendeteksi senyawa glutathione, yang dikeluarkan oleh mangsa yang ditangkap oleh tentakel hydra tersebut (Campbell, 2000).
Pada mamalia, indera pengecap dan penciuman merupakan suatu sistem kemoreseptor yang khsusus dan sangat peka. Manusia terutama tergantung pada tanda visual dan auditori. Dibanding dengan hewan lain kita kurang memanfaatkan indera kimiawi kita dan cenderung untuk meremehkan artinya.
Persepsi pengecapan dan penciuman bergantung pada kemoreseptor yang mendeteksi zat kimia spesifik di lingkungan. Pada hewan terrestrial, pengecapan adalah pendeteksian zat kimia tertentu yang terdapat dalam suatu larutan, dan penciuman adalah pendeteksian zat kimia yang ada di udara. Akan tetapi, kedua indera kimiawi ini umumnya saling berhubungan erat, dan sebenarnya tidak ada perbedaan antara keduanya dalam lingkungan akuatik (Villee, 1988).
Indera pengecap merupakan struktur berupa tunas yang pada mamalia terdapat lidah dan langit-langit lunak, tetapi pada vertebrata tingkat rendah terdapat sejumlah bagian mulutdan faring bahkan di beberapa jaringan kulit kepala. Tiap sel pengecap, yang merupakan sel epitel dan suatu reseptor, pada permukaannya mempunyai mikrovilus, yang sebagian menjulur ke dalam suatu pori kecil yang berhubungan dengan cairan yang membasahi permukaan lidah. Hubungan-hubungan dengan sel saraf adalah kompleks, karena tiap sel pengecap dilayani oleh lebih dari satu neuron. Beberapa neuron dapat berhubungan dengan suatu sel dan yang lain dengan sejumlah sel (Wulangi, 1994).
Reseptor pengecapan pada serangga terletak pada rambut sensoris di kaki dan mulut yang disebut sensila. Hewan menggunakan indera pengecapannya untuk menyeleksi makanan. Sel-sel reseptor untuk pengecapan adalah sel-sel epithelium yang telah termodifikasi yang diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan (taste bud) yang tersebar di sejumlah bagian permukaan mulut dan lidah.Indera (Franson, 1992).
Indera olfaktoris mamalia mendeteksi zat kimia tertentu yang ada diudara. Sel reseptor olfaktoris adalah neuron yang melapisi bagian atas rongga hidung dan mengirimkan impuls disepanjang aksonnya secara langsung ke bola olfaktoris otak. Ujung sel-sel reseptif mengandung silia yang memanjang ke dalam lapisan mucus yang melapisi rongga hidung (Kimball, 1988).

III.             ALAT DAN BAHAN
            Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini diantaranya yaitu akuarium 3 buah, gunting, dan stopwatch.

            Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini diantaanya yaitu udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dengan bobot 6-8 gram sebanyak 9 ekor, dan pellet.


IV.             CARA KERJA
3 buah akuarium berisi air bersih dan udang galah (Macrobrachium rosenbergii) masing-masinng sebanyak 3 ekor disiapkan. Dilakukan ablasi antenulla ke-1 pada udang I dank e-2 pada udang II dari setiap akuarium. Udang III dalam tiap akuarium dibiarkan utuh untuk digunakan sebagai control. Ditengah akuarium diberi pakan dan bersamaan dengan udang menyentuh pakan, tombol pada stopwatch yang telah disiapkan ditekan. Diamati gerakan udang di dalam akuarium dan dicatat waktu yang diperlukan bagi udang I, II, III sejak pakan disajikan sampai pakan tersebut dimakan. Dilakukan pengamatan selam 20 menit.


V.                HASIL
Tabel Hasil Perhitungan Waktu Pengamatan
Shift
Perlakuan I
Perlakuan II
Perlakuan III
Mengelilingi pakan
Menemukan pakan
Memakan pakan
Mengelilingi pakan
Menemukan pakan
Memakan pakan
Mengelilingi pakan
Menemukan pakan
Memakan pakan
I
-
47 dtk
117 dtk
34 dtk
412 dtk
420 dtk
116 dtk
190 dtk
435 dtk
-
422 dtk
435 dtk
57 dtk
458 dtk
465 dtk
120 dtk
223 dtk
480 dtk
-
119 dtk
132 dtk
57 dtk
488 dtk
492 dtk
-
236 dtk
-
X
-
196 dtk
228 dtk
49 dtk
452 dtk
459 dtk
78 dtk
216 dtk
305 dtk
II
59 dtk
185 dtk
200 dtk
-
180 dtk
207 dtk
66 dtk
80 dtk
147 dtk
-
22 dtk
95 dtk
-
531 dtk
532 dtk
82 dtk
88 dtk
151 dtk
38 dtk
-
116 dtk
-
553 dtk
535 dtk
88 dtk
97 dtk
162 dtk
X
32 dtk
69 dtk
137 dtk
-
421 dtk
424 dtk
78 dtk
88 dtk
153 dtk

VI.             PEMBAHASAN
Pada hewan yang hidup di perairan, organ kemoreseptor biasanya digunakan dalam mendeteksi dan menyeleksi makanan yang berada di dalam air. Salah satu hewan yang menggunakan organ kemoreseptornya untuk mencari dan menyeleksi makanannya yaitu udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Penggunaan udang ini karena memiliki daya tahan hidup yang tinggi, dan memiliki antenulla yang lengkap dan panjang.
Percobaan ini menggunakan 3 perlakuan yaitu pemotongan antenulla pertama, pemotongan antenulla kedua, dan tanpa pemotongan (sebagai control). Pemotongan antenulla tersebut bertujuan untuk melihat pengaruh dari pemotongan antenulla ke 1, ke 2, dan control terhadap reaksi udang pada pakan berupa pellet yang diberikan. Pellet akan diberikan dibagian tengah akuarium agar pellet dapat menyebar merata di dalam air akuarium sehingga memudahkan udang dalam responnya terhadap pellet tersebut.
Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh terhadap pemotongan antenulla pada udang terhadap pakan. Pada reaksi udang mengelilingi pakan, diketahui bahwa pemotongan antenulla ke 1 tidak memberikan respon tetapi saat pemotongan antenulla yang ke 2 udang memberikan respon. Ini dikarenakan antenulla ke 1 udang mempunyai respon yang lebih tinggi dibanding yang kedua, sehingga saat pemotongan antenulla ke 1 udang tidak merespon tetapi sebaliknya ketika pemotongan antenulla ke 2 udang menanggapi respon. Untuk perlakuan kontrol, udang memberikan respon yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan pada pemotongan antenulla ke 2. Ini mungkin dikarenakan penangkapan respon mengalami pembagian, antenulla yang ke 1 menanggapi respon pakan dan yang ke 2 menanggapi respon yang lainnya misalnya suhu atau arus air sehingga melakukan proses yang sedikit lebih lama.
Pengamatan respon yang kedua yaitu melihatnya dalam menemukan pakan. Rata-rata udang lebih cepat menemukan pakan ketika antenula ke 1 dipotong dan udang control dibandingkan dengan udang dengan pemotongan antenulla ke 2.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. edisi 5. jilid 3. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta.

Franson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Hewan Ternak. Edisi 4. Penerjemah: Srigandono. Gadjah mada university press. yogyakarta.

Kimball, John W., 1988. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 2. Alih Bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.

Villee, Claude A., Warren F. Walker, Jr., Robert D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Edisi Keenam. Jilid 1. Alih Bahasa: Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.

Wulangi, K.S. 1994. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud. Jakarta.

Wednesday, June 10, 2015

PSSI vs MENPORA

Wednesday, June 10, 2015 0
PSSI vs MENPORA
Kemarin, tepatnya 30 Mei 2015 federasi tertinggi sepak bola Indonesia resmi mendapatkan pukulan telak imbas dari konflik berkepanjangan dengan Kementerian Pemuda Olahraga. Ya. Indonesia resmi mendapatkan sanksi dari induk sepak bola dunia FIFA melalui rapat “exco” yang dihelat bertepatan dengan kongres FIFA di Zurich, Swiss. Sebuah anekdot yang lucu memang jika ditelaah. Dua institusi (PSSI & Kemenpora.red) yang seharusnya bersinergi mencari solusi, kini malah saling benci. Beragam respon tentunya bermunculan dari berbagai lapisan masyarakat menanggapi kenyataan yang harus diterima oleh persepakbolaan negeri ini. Pro kontra tak pelak berhamburan, baik di beranda Facebook, time line Twitter sampai meja warung kopi, semua berkomentar, tak terkecuali aku. Aku memang bukan praktisi sepak bola, bukan direktur teknis bukan pula pengurus federasi. Aku hanyalah penikmat,tapi aku punya kegusaran yang selalu datang mengusik, saat kondisi sepak bola nasional sedang diulik. Menarik memang mengamati beragam respon dan komentar yang bermunculan dari masyarakat mengenai masalah sepak bola ini, khususnya yang paling menarik perhatianku adalah komentar-komentar yang justru setuju dan meng-amini jika sepak bola Indonesia harus dibekukan. Dan pada kesempatan ini, sebagai penikmat sepak bola nasional aku akan mencoba merespon balik komentar-komentar tersebut. #satu. Ada yang bilang “baguslah PSSI disanksi, biar beres masalah sepak bola Indonesia” Oke, kita akui bersama sepak bola Indonesia jika dibandingan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan maupun Thailand agak tertinggal. Dan tidak dipungkiri juga, PSSI punya banyak masalah, PSSI harus bertanggung jawab mengenai hal ini. Tapi apakah pembekuan adalah langkah yang tepat ? menurutku tidak sepenuhnya tepat. Menurutku pembenahan federasi tidaklah tepat jika dilakukan dengan langkah pemberedelan. Ibarat sehektar sawah yang diserang hama tikus atau wereng, untuk membasmi hama tersebut apakah kita harus membakar sehektar sawah tersebut ??? pembenahan PSSI butuh sinergi antar institusi, tanpa embel-embel politisasi. #dua Ada yang bilang “ah bubarkan saja, toh selama ini kering prestasi” Betul. Betul sekali, sepak bola Indonesia memang kering akan prestasi. Jangankan prestasi tingkat dunia, untuk mengais gelar tingkat regional Asia Tenggara pun berat. Namun apakah alas an in tepat sebagai pembenaran PSSI harus dikebiri ??? anda tahu Inggris ??? negara yang katanya merupakan tempat pertama kalinya sepak bola dimainkan. Negara Eropa yang punya sederet klub lokal serta pemain-pemain berkelas dunia dari tahun ke tahun, Negara yang punya liga professional yang digandrungi seantero jagad. Namun tengoklah tim nasionalnya, prestasi The Three Lions (Timnas Inggris.red) di kancah antar negara juga nihil akan prestasi baik ditingkat regional Eropa maupun Dunia, apakah dengan nihilnya prestasi timnas Inggris lantas FA (PSSI-nya Inggris.red) dibubarkan ??? #tiga Ada yang bilang “So what ?? gak ngaruh, males nonton timnas, mending nonton klub favorit” Skeptis ! memang permainan timnas kita tak secantik tiki-takanya Barcelona, tak seaktraktif permainan sederet bintang-bintang Real Madrid. Tapi inilah tim nasional Indonesia men, Negara lu sendiri, mau gak mau inilah sepak bolanya, beginilah permainannya. Sebagai orang Indonesia, yang menghirup oksigen dari rimbunnya hutan Indonesia, bagiku menyaksikan Timnas Indonesia berlaga dilapangan hijau dengan mengumandangkan lagu kebangsaan selalu memberikan “pride” dan “taste” yang berbeda jika dibandingkan dengan menonton klub favorit. #empat Ada yang bilang “ yaa ga papa, kita harus melakukan pembenahan total terhadap PSSI agar prestasi lebih bagus, 10 tahun terakhir prestasi kita menurun. Ini harus jadi momentum” Siap pak, memang kita harus berbenah. Pembenahan memang menjadi semangat kita semua pak ntuk sepak bola Indonesia yang lebih baik Namun berbenah tidak harus menghentikan denyut nadi sepak bola pak. 10 tahun ini kita juga gak kering-kering amat akan prestasi pak. Bicara itu pakai data pak jangan asal mangap. Sepak bola tak semudah mengerinyitkan serta membentuk sejumlah lipatan dijidat bapak. Ya begitulah kira-kira beberapa komentar yang muncul dari berbegai lapisan masyarakat, baik dari masyarakat awam, anak-anak gaul sampai bapak-bapak ceking. Intinya sepak bola bukan hanya masalah antara FIFA, PSSI dan Menpora, namun sepak bola juga berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Berapa ribu pemain, staff, official sampai penjual asongan yang menggantungkan hidupnya pada sepak bola dan hari ini kegusaran mereka semakin menjadi buah perseteruan anta elit. Dan aku hanya mampu menulis untuk bertutur mengeluarkan segala gusar yang berhamburan.