Wednesday, June 10, 2015

PSSI vs MENPORA

Kemarin, tepatnya 30 Mei 2015 federasi tertinggi sepak bola Indonesia resmi mendapatkan pukulan telak imbas dari konflik berkepanjangan dengan Kementerian Pemuda Olahraga. Ya. Indonesia resmi mendapatkan sanksi dari induk sepak bola dunia FIFA melalui rapat “exco” yang dihelat bertepatan dengan kongres FIFA di Zurich, Swiss. Sebuah anekdot yang lucu memang jika ditelaah. Dua institusi (PSSI & Kemenpora.red) yang seharusnya bersinergi mencari solusi, kini malah saling benci. Beragam respon tentunya bermunculan dari berbagai lapisan masyarakat menanggapi kenyataan yang harus diterima oleh persepakbolaan negeri ini. Pro kontra tak pelak berhamburan, baik di beranda Facebook, time line Twitter sampai meja warung kopi, semua berkomentar, tak terkecuali aku. Aku memang bukan praktisi sepak bola, bukan direktur teknis bukan pula pengurus federasi. Aku hanyalah penikmat,tapi aku punya kegusaran yang selalu datang mengusik, saat kondisi sepak bola nasional sedang diulik. Menarik memang mengamati beragam respon dan komentar yang bermunculan dari masyarakat mengenai masalah sepak bola ini, khususnya yang paling menarik perhatianku adalah komentar-komentar yang justru setuju dan meng-amini jika sepak bola Indonesia harus dibekukan. Dan pada kesempatan ini, sebagai penikmat sepak bola nasional aku akan mencoba merespon balik komentar-komentar tersebut. #satu. Ada yang bilang “baguslah PSSI disanksi, biar beres masalah sepak bola Indonesia” Oke, kita akui bersama sepak bola Indonesia jika dibandingan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan maupun Thailand agak tertinggal. Dan tidak dipungkiri juga, PSSI punya banyak masalah, PSSI harus bertanggung jawab mengenai hal ini. Tapi apakah pembekuan adalah langkah yang tepat ? menurutku tidak sepenuhnya tepat. Menurutku pembenahan federasi tidaklah tepat jika dilakukan dengan langkah pemberedelan. Ibarat sehektar sawah yang diserang hama tikus atau wereng, untuk membasmi hama tersebut apakah kita harus membakar sehektar sawah tersebut ??? pembenahan PSSI butuh sinergi antar institusi, tanpa embel-embel politisasi. #dua Ada yang bilang “ah bubarkan saja, toh selama ini kering prestasi” Betul. Betul sekali, sepak bola Indonesia memang kering akan prestasi. Jangankan prestasi tingkat dunia, untuk mengais gelar tingkat regional Asia Tenggara pun berat. Namun apakah alas an in tepat sebagai pembenaran PSSI harus dikebiri ??? anda tahu Inggris ??? negara yang katanya merupakan tempat pertama kalinya sepak bola dimainkan. Negara Eropa yang punya sederet klub lokal serta pemain-pemain berkelas dunia dari tahun ke tahun, Negara yang punya liga professional yang digandrungi seantero jagad. Namun tengoklah tim nasionalnya, prestasi The Three Lions (Timnas Inggris.red) di kancah antar negara juga nihil akan prestasi baik ditingkat regional Eropa maupun Dunia, apakah dengan nihilnya prestasi timnas Inggris lantas FA (PSSI-nya Inggris.red) dibubarkan ??? #tiga Ada yang bilang “So what ?? gak ngaruh, males nonton timnas, mending nonton klub favorit” Skeptis ! memang permainan timnas kita tak secantik tiki-takanya Barcelona, tak seaktraktif permainan sederet bintang-bintang Real Madrid. Tapi inilah tim nasional Indonesia men, Negara lu sendiri, mau gak mau inilah sepak bolanya, beginilah permainannya. Sebagai orang Indonesia, yang menghirup oksigen dari rimbunnya hutan Indonesia, bagiku menyaksikan Timnas Indonesia berlaga dilapangan hijau dengan mengumandangkan lagu kebangsaan selalu memberikan “pride” dan “taste” yang berbeda jika dibandingkan dengan menonton klub favorit. #empat Ada yang bilang “ yaa ga papa, kita harus melakukan pembenahan total terhadap PSSI agar prestasi lebih bagus, 10 tahun terakhir prestasi kita menurun. Ini harus jadi momentum” Siap pak, memang kita harus berbenah. Pembenahan memang menjadi semangat kita semua pak ntuk sepak bola Indonesia yang lebih baik Namun berbenah tidak harus menghentikan denyut nadi sepak bola pak. 10 tahun ini kita juga gak kering-kering amat akan prestasi pak. Bicara itu pakai data pak jangan asal mangap. Sepak bola tak semudah mengerinyitkan serta membentuk sejumlah lipatan dijidat bapak. Ya begitulah kira-kira beberapa komentar yang muncul dari berbegai lapisan masyarakat, baik dari masyarakat awam, anak-anak gaul sampai bapak-bapak ceking. Intinya sepak bola bukan hanya masalah antara FIFA, PSSI dan Menpora, namun sepak bola juga berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Berapa ribu pemain, staff, official sampai penjual asongan yang menggantungkan hidupnya pada sepak bola dan hari ini kegusaran mereka semakin menjadi buah perseteruan anta elit. Dan aku hanya mampu menulis untuk bertutur mengeluarkan segala gusar yang berhamburan.

No comments:

Post a Comment