Monday, May 13, 2013

15 Tahun berjalan,, Apa kabar REFORMASI ?

Monday, May 13, 2013 0
15 Tahun berjalan,, Apa kabar REFORMASI ?

E

ra reformasi Indonesia yang dimulai bulan Mei 1998 telah memasuki usia 15 tahun. Berbagai prestasi dan kegagalan tentu saja mewarnai perjalanan reformasi. Perubahan yang sangat mencolok adalah terciptanya era kebebasan dalam berbagai bidang. Sejalan dengan kemajuan pesat di bidang komunikasi, khususnya media online dan elektronik, berbagai aspirasi ideologis bermunculan secara bebas. Namun apakah hanya ini tujuan akhir reformasi ???
Era reformasi pasca orde baru diharapkan dapat memberikan harapan baru, semangat baru, era yang diharapkan akan terjadinya pemerintahan yang bersih, yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, era yang diharapkan dapat memberikan kedamaian, memberikan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh anak negeri.
Era Reformasi sudah berlangsung tepat satu setengah dasawarsa, selama kurun waktu tersebut perjalanan menuju kearah sebagaimana yang menjadi tujuan awal reformasi seakan-akan kehilangan arah dan kabur, kedamaian semakin menjauh, hal ini dapat terlihat dengan kerap terjadinya berbagai bentuk benturan baik fisik maupun non fisik di Indonesia yang katanya dikenal dengan penduduknya yang sopan dan ramah. Perang antar suku, perang antar desa, bahkan pertikaian antar daerahpun masih sering terjadi diberbagai daerah di Indonesia yang tidak jarang berakhir dengan kerusuhan berdarah. Degradasi moral yang ditandai dengan semakin mewabahnya penyakit laten KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) melanda hampir disetiap lembaga khususnya lembaga pemerintah seperti kasus Bank Century, kasus makelar pajak yang telah menyeret banyak pejabat diberbagai institusi termasuk di Direktorat Jenderal pajak, kepolisian, kejaksaan, dan seabreg kasus suap lainnya yang melibatkan berbegai kementrian menjadi bukti nyata yang dapat dilihat dengan mata telanjang betapa bobroknya pengelolaan negeri ini.
Saat ini kehidupan masyarakat semakin materialistis serta lebih mengutamakan perjuangan untuk kepentingan individu dan kelompok yang semakin menempatkan rakyat dan bangsa Indonesia pada status kehidupan yang sangat rendah. Secara obyektif kita sedang menjadi bangsa yang inferior jika dibandingkan dengan tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura atau negara-negara lain di dunia. Rasa bangga sebagai anak negeri dari sebuah negara yang dulunya cukup disegani didunia telah terkikis oleh krisis multidimensional dan kebobrokan kehidupan mental dan moral yang menyeruak dihampir setiap sendi kehidupan. Rasa nasionalisme sebagai bangsa dan jiwa patriotisme seakan sudah semakin memudar sehingga status quo Orde Baru terkesan tidak berubah, bahkan terlihat semakin bertahan atau bisa jadi semakin parah yang disebabkan oleh keserakahan dan gaya kehidupan yang hanya ingat diri, ingat keluarga dan ingat kelompok.
Ada apa ini ??? apakah Reformasi hanya hasrat menggebu nan semu tanpa wujud ??? dimana mahasiswa yang dulu rela terpanggang panasnya jalanan dan rela menjadi target tembak aparat demi reformasi ???
Reformasi yang awalnya memang milik mahasiswa, yang lahir dari rasa ketidak nyamanan dengan atmosfer orde lama sekarang telah dikudeta oleh Elit Politik. Namun itu semua tidak sepenuhnya kesalahan elit. Tetapi justru mahasiswa dan institusinya yaitu perguruan tinggi juga mempunyai andil terhadap kesalahan tersebut, karena belum sepenuhnya berhasil menciptakan insan-insan kampus, kader-kader intelektual yang mampu memberikan apa yang sebenarnya diperlukan oleh negeri ini.
Perguruan tinggi sebagai wadah pembelajaran, sebagai tempat penggodokan para intelektual, bukan hanya dituntut untuk mampu mengelolah input atau mahasiswa yang ada menjadi lulusan yang hanya tangguh secara akademik, tetapi yang lebih penting dari itu adalah menghasilkan lulusan sebagai insan yang berpotensi tinggi, inisiatif dan kreatif serta penuh dedikasi atau sumber daya manusia yang unggul, profesional, beriman dan berwibawa, mampu memimpin serta berwawasan kedepan. Perguruan tinggi harus mampu membimbing mahasiswanya menjadi insan yang peka terhadap persoalan-persoalan yang membelit bangsanya.
Pola fikir kita sebagai mahasiswa sekarang cendrung lebih sederhana, sehingga kita hanyut terbawa arus yang hanya berorientasikan kepada akademik dan nilai diatas kertas. Akademik memang penting, tapi tidak berarti kita apatis dengan apa yang terjadi dengan bengsa ini.  Keseharian kita sepertinya sangat sesak dengan jadwal kuliah dan tugas-tugas, sehingga kita kurang peduli dan cendrung alergi dengan keadaan bangsa ini. Ada yang peduli namun jumlahnya dapat dihitung dengan jari dan bergerak dengan ejekan “ngapain peduli dengan Negara ? Negara aja gak mikirin kita”. Inikah potret mahasiswa sekarang ? yang katanya pahlawan reformasi ? yang katanya Agent of change ?
Sejarah pergantian pemerintahan dari orde lama ke orde baru, dari orde baru ke era reformasi menunjukkan peran sentral mahasiswa sebagai agen perubahan. Oleh karena itu mahasiswa khususnya dengan idealismenya harus terus berusaha untuk mengawal reformasi. Supaya apa yang menjadi tujuan semula dari reformasi ini dapat kembali berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan, sehingga darah senior kita yang tumpah di aspal jalan tidak menguap sia-sia. Intinya tanggung jawab kita sebagai mahasiswa tidak hanya mengejar “Angka 4”. Kita wajib mengawal dan mengisi reformasi ini, karena reformasi adalah warisan yang dititipkan oleh para senior-senior kita.
HIDUP MAHASISWA !