I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada
hewan multiseluler harus mengatasi masalah koordinasi kegiatan berbagai macam
sel-selnya. Hewan
memerlukan beberapa mekanisme yang digunakan oleh berbagai macam sel, jaringan,
dan organ tubuh untuk berkomunikasi. Dengan ini semua fungsi struktur akan
lebih efisien terkoordinasi dengan baik.
Salah satu cara sistem komunikasinya
yaitu sistem endokrin (hormon). Sistem ini mengontrol fungsi tubuh dengan
perantaraan zat kimia, yaitu hormon, yang diangkut ke seluruh tubuh dalam
darah. Hormon-hormon ini kemudian diedarkan ke semua sel tubuh lainnya. Dalam
beberapa hal, hormon-hormon ini akan mempengaruhi kegiatan semua sel tersebut.
Hormon menggunakan efeknya hanya pada strukutur tubuh tertentu saja.
Hormon-hormon tersebut akan setiap aktifitas dan sifat pada hewan khususnya
pada manusia. Aktifitas dapat
berupa aktifitas sosial, sexual, adaptasi, dan pola hidup.
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hormon
choriogonadotropin dalam urin wanita hamil.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mesenjer (pembawa pesan) kimiawi yaitu hormon, merupakan
sistem endokrin yang bersama-sama dengan sistem saraf, memadukan aktifitas
organ-organ dan jaringan hewan multisel yang kompleks. Tiap jenis hormon disekresi secara khas
oleh sel-sel tertentu yang merupakan kelenjar endokrin. Hormon masuk ke dalam
peredaran darah dan dibawa ke seluruh tubuh, ke organ-organ sasaran yang
mempunyai sel yang mengandung protein reseptor tertentu yang menerima dan
mengikat hormon (Sumadia, 1996).
Ovarium vertebrata di samping
penghasil telur, juga merupakan organ endokrin. Ovarium menghasilkan hormon
steroid estradiol dan progesteron. Pada manusia sumber utama dari hormon
kehamilan wanita adalah sel-sel yang melapisi folikel ovarium dan korpus luteum
yang terbentuk setelah terjadi ovulasi. Sel-sel folikel terutama mensekresi
estradiol, dan sel-sel luteum terutama mensekresi progesteron. Pada wanita ada 3 macam hormon gonadotropin yang berperan
yaitu (Wheeler, 2000):
- FSH (Folikel Stimulating Hormon): pada wanita, merangsang perkembangan ovarium dan mengurangi sekresi estrogen.
- LH (Luteinzing Hormon): Pada wanita, bersama-sama dengan estrogen menstimulasi ovulasi dan pembentukan progesteron.
- LTH (Luteotropic Hormon): berguna untuk menstimulasi sekresi air susu oleh kelenjar susu.
Jika telur telah dibuahi dan
tertanam dalam endometrium, sel-sel trofoblas dalam plasenta yang sedang
berkembang mensekresi gonadotropin korion. Aktivitas lutein dan luteotrofiknya
yang kuat mempertahankan korpus luteum dan merangsang sekresi progesteron
selanjutnya. Salah satu gejala pertama kehamilan adalah adanya gonadotropin
korion dalam darah dan urin. Puncak produksi hormon tersebut dicapai dalam
bulan kehamilan kedua. Setelah itu kadarnya dalam darah dan urin menurun
(Kimball, 1988).
Dalam beberapa hari setelah
penanaman blastosis, sel-sel yang akan berkembang manjadi plasenta mulai
menyekresikan gonadotropin korionik manusia (choriogonadotropin (HCG)). Aksi
hormon ini sama dengan aksi FSH dan LH, tetapi berlawanan dengan hormon-hormon
ini, sekresi HCG tidak dihambat oleh tingginya kadar progesteron dan estrogen.
Jadi HCG dalam air seni wanita hamil merupakan dasar bagi uji kehamilan yang
paling sering digunakan (Wulangi, 1994).
Suatu
uji radioimunosasi yang peka untuk hormone gonadotropinkorion dapat menentukan
kehamilan hanya beberapa hari setelah tertanamnya embrio. Pada manusia
kira-kira minggu ke-16 kehamilan, plasenta dengan sendirinya menghasilkan cukup
progesterone sehingga korpus luteum tidak lagi diperlukan dan mengalami
involusi. Plasenta juga menghasilkan estrogen. Plasenta manusia, dan mungkin
plasenta mamalia lain, memproduksi hormone protein lain, yaitu laktogen
plasenta dengan sifat yang agak mirip dengan hormone pertumbuhan pituitari dan
prolaktin (Villee, 1988).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan ini antara lain objek gelas, pipet tetes, alat suntik, beker gelas,
kertas saring, dan mikroskop.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan ini antara lain urin wanita hamil muda, dan kodok jantan (Bufo
sp.) 2 ekor.
IV. CARA KERJA
2 kodok jantan disiapkan untuk
digunakan dalam percobaan ini. Diuji apakah mengandung sperma atau tidak,
dengan cara di dalam kloakanya digelitikkan ujung pipet tetes, dilihat apakah
ada bintil-bintil pada jari (telapak kaki depan) dan pada kulit leher berwarna
kuning agak kemerahan dan bila dipegang akan mengeluarkan suara.
Satu ekor disuntik dengan urin
wanita hamil yang tidak diencerkan dan yang lain disuntik dengan urin yang
telah diencerkan, sebanyak 3 cc pada kandung limfe punggung kodok atau pada
bagian bawah kulit perut. Katak dipegang dengan tangan kiri, punggung kodok
dipegang dengan/pada telapak tangan, kaki pada arah pergelangan tangan dan
kepala pada arah jari tangan. Ibu jari dan telunjuk menjepit kepala kodok,
sedangkan jari kelingking dan jari manis memegang kaki belakang, kodok agak
dibedirikan dan arah suntikan searah dengan kodok.
Urinnya diamati mulai 1 jam sejak
penyuntikan di bawah mikroskop, spermatozoa akan tampak berenang-renang.
Hasilnya dibandingkan dengan percobaan untuk urin yang diencerkan dan yang
pekat.
IV. HASIL
Kelompok
|
Usia
Kehamilan
|
Jumlah
Sperma
|
|
Pekat
|
Pengenceran
|
||
1.
|
2 Bulan
|
-
|
-
|
2.
|
2 Bulan
|
+++
|
-
|
3.
|
2 Bulan 1 Minggu
|
+++
|
-
|
4.
|
2 Bulan
|
+++
|
+
|
Keterangan :
+++ = Jumlah banyak, bergerak aktif
+ =
Sedikit
-
= Tidak ada
V. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini akan membuktikan
adanya hormon choriogonadotropin dalam urin wanita hamil. Pada wanita, hormon
ini akan disekresikan oleh kelenjar hipofisis setelah terjadinya ovulasi
sekitar 1 sampai 3 bulan saat kehamilan. Percobaan ini menggunakan urin wanita
hamil yang usia kehamilannya rata-rata 2 bulan. Jika urin diambil yang usia
kehamilannya di atas 3 bulan, maka kandungan hormon choriogonadotopin di dalam
urin sudah berkurang karena kadar di dalam darah dan urinnya berkurang. Urin
untuk percobaan ini paling baik diambil sekitar 1 atau 2 jam sebelum percobaan.
Karena dikhawatirkan urin akan mengalami perubahan kimiawi atau kadaluarsa,
sehingga hormon choriogonadotropin yang dikandungnya akan berubah. Akibatnya
percobaan akan mengalami kegagalan. Digunakan dua perlakuan yaitu urin yang
diencerkan dengan aquades dan urin tanpa pengenderan, ini untuk melihat perbedaan
perlakuan antar keduanya.
Dalam percobaan ini digunakan hewan
kodok (Bufo sp.) sebagai media pembuktian ada atau tidaknya hormon
choriogonadotropin dalam urin wanita hamil. Penggunaan kodok sebagai media,
karena pada amfibia pengaruh hormon ini dapat menyebabkan ovulasi/
spermatogenesis dalam beberapa jam. Kodok yang digunakan adalah kodok jantan
karena dengan ditambahkan hormon choriogonadotropin lebih dapat menyebabkan
spermatogenesis dengan cepat sehingga dapat dengan cepat pula diketahui adanya
hormon choriogonadotropin dalam urin wanita hamil. Ini ditandai dengan lebih
banyaknya sperma kodok jantan dan pergerakannya juga lebih aktif.
Kodok yang digunakan dua ekor, satu
akan disuntik dengan urin wanita hamil tanpa pengenceran dan yang satunya
dengan pengenceran. Penyuntikan dilakukan pada bagian bawah kulit perut kodok.
Ini dilakukan karena pada bagian tersebut cairan urin yang disuntikkan dapat
langsung menuju testis kodok sehingga lebih cepat terjadi spermatogenesis.
Dari pengamatan dan hasil yang didapatkan,
dapat diketahui bahwa dengan disuntikannya urin wanita hamil yang mengandung
hormon choriogonadotropin maka kodok jantan lebih cepat mengalami
spermatogenesis, dapat dilihat dari banyaknya jumlah sperma. Pada kodok yang
disuntik dengan urin yang pekat (tanpa pengenceran), ternyata jumlah spermanya
jauh lebih banyak dan pergerakannya lebih aktif. Dibandingkan dengan urin yang
dilakukan pengenceran, jumlah spermanya tidak sebanyak urin tanpa pengenceran,
malahan kebanyakan dari kodok yang dicobakan pada setiap kelompok tidak
ditemukan sama sekali spermanya. Ini dikarenakan pada urin yang diencerkan
kandungan hormon choriogonadotropinnya sudah tidak sebanyak urin tanpa
pengenceran malahan kandungan hormon tersebut sudah hilang karena larut dalam
air. Sebaliknya pada urin tanpa pengenceran, kandungan hormon ini masih sangat
banyak sehingga peluang spermatogenesisnya lebih besar.
Pada salah satu kelompok percobaan,
hasil yang didapatkannya sangat mengherankan. Karena pada kodok yang disuntik
dengan urin tanpa pengenceran atau dengan pengenceran tidak ditemukan adanya
sperma. Ini dikarenakan beberapa faktor:
- Urin yang digunakan umur kehamilannya sudah lebih dari 3 bulan.
- Urin yang diambil, pengambilannya sudah terlalu lama dari acara praktikum sehingga sudah kadaluarsa.
- Kodok yang digunakan mungkin bukan kodok jantan.
- Kodok jantan yang digunakan masih terlalu muda atau belum mencapai kematangan sexualnya.
VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
- Hormon choriogonadotropin merupakan hormon yang ditemukan pada urin wanita hamil dan merupakan yang menentukan kehamilan.
- Pada percobaan telah ditemukan hormon choriogonadotropin pada urin wanita hamil yang dibuktikan dengan banyaknya sperma pada kodok jantan (Bufo sp.).
- Hormon choriogonadotropin dapat menyebabkan spermatogenesis dengan cepat pada hewan amfibia khususnya kodok (Bufo sp.)
VII. DAFTAR PUSTAKA
Kimball, John W., 1988. Biologi.
Edisi Kelima. Jilid 2. Alih Bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo dan Nawangsari
Sugiri. Erlangga. Jakarta.
Sumadia,
dkk. 1996. Hamparan Dunia Ilmu-Time Life: Tubuh Manusia. Tira Pustaka. Jakarta.
Villee,
Claude A., Warren F. Walker, Jr., Robert D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Edisi
Keenam. Jilid 1. Alih Bahasa: Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.
Wheeler,
L. 2000. Jendela IPTEK: Tubuh Manusia. Balai Pustaka. Jakarta.
Wulangi, K.S. 1994. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan.
Depdikbud. Jakarta.
Hormon-Hormon Kehamilan
Ketika terjadi kehamilan pada diri seorang perempuan, maka
tubuh bereaksi dengan membentuk perubahan-perubahan dan segera memproduksi hormon-hormon kehamilan guna mendukung
kelangsungan kehamilan. Hormon-hormon kehamilan ini bertujuan guna
mendukung kehamilan yang berlangsung khususnya agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan
sehat. Ada baiknya para ibu hamil mengetahui mengenai hormon yang diproduksi
selama kehamilan berikut fungsi dan efek yang dihasilkan olehnya, agar tidak
terjadi salah pengertian atau malah menjadikannya mitos kehamilan terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi selama kehamilan.Berikut ini adalah beberapa hormon yang diproduksi
selama kehamilan, berikut fungsi dan dampak yang dihasilkan, yaitu:
hCG
merupakan hormon yang bersifat luteotrofik pada beberapa spesies , termasuk
manusia, tikus, kelinci, babi dan sebagainya. hCG disekresi oleh plasenta,
tidak seperti PMSG yang disekresi oleh endometrium uterus. hCG pada wanita
berperan untuk mempertahankan corpora lutea selama tahap–tahap permulaan
kebuntingan. Segera setelah ovulasi, korpus luteum akan cukup mendapat dorongan
dari faktor-faktor luteotrofik hipofisa. Adanya dorongan ini menyebabkan korpus
luteum tersebut secara fisiologis tetap aktif sampai hCG mulai dibentuk dalam
jumlah yang cukup untuk bertindak sebagai luteotrofik. Sejumlah hCG yang dapat
terukur timbul pada wanita hamil pada hari ke-5 sampai 16 setelah ovulasi,
tetapi titer hCG tidak mencapai puncaknya sampai hari kehamilan yang ke-35
sampai 50 (Nalbandov, 1990).
hCG
merupakan glikoprotein yang jauh lebih besar dengan berat molekul kira-kira
45.000 Dalton, tetapi lebih banyak mengandung residu gula dibandingkan dengan
glikoprotein pituitary. Sifat-sifat khusus hCG yang diisolasi cenderung kurang
seragam dibandingkan dengan sifat-sifat khusus hormon glikoprotein yang berasal
dari pituitary, karena degradasi terutama rantai samping karbohidratnya dapat
terjadi selama pembentukan urin. Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada
tubuh seorang wanita hamil yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan
karena pertumbuhan jaringan plasenta. Hormon kehamilan yang
dihasilkan oleh villi choriales ini berdampak pada meningkatnya produksi
progesteron oleh indung telur sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan. Produksi HCG
akan meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama sisa
kehamilan. Hormon kehamilan HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai
contoh diperkirakan HCG mempengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan. Hormon
ini merupakan indikator yang dideteksi oleh alat test kehamilan yang melalui air seni. Jika,
alat test kehamilan mendeteksi adanya peningkatan kadar hormon HCG dalam urine,
maka alat test kehamilan akan mengindikasikan sebagai terjadinya kehamilan atau hasil test positif
Dampak
Kadar HCG yang tinggi dalam darah menyebabkan mual-muntah (morning sickness).
Dampak
Kadar HCG yang tinggi dalam darah menyebabkan mual-muntah (morning sickness).
2. Hormon Kehamilan HPL (Human
Placental Lactogen)
Adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta, merupakan
hormon protein yang merangsang pertumbuhan dan menyebabkan perubahan dalam
metabolisme karbohidrat dan lemak. Hormon kehamilan ini berperan penting
dalam produksi ASI. Kadar HPL yang rendah
mengindikasikan plasenta yang tidak berfungsi dengan baik.
Dampak
Memberikan perubahan terhadap payudara. Perubahan ini berupa pembesaran pada payudara, serta membuat rasa ngilu dan sakit pada puting jika disentuh.
Memberikan perubahan terhadap payudara. Perubahan ini berupa pembesaran pada payudara, serta membuat rasa ngilu dan sakit pada puting jika disentuh.
3. Hormon Kehamilan Relaxin
Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh korpus luteum
dan plasenta. Melembutkan leher rahim dan merelaksasikan sendi panggul
Dampak
menimbulkan relaksasi pada ligamen dan sendi
menimbulkan relaksasi pada ligamen dan sendi
4. Hormon Kehamilan Estrogen
Dihasilkan oleh ovarium dan mempengaruhi pertumbuhan
endometrium rahim, perubahan-perubahan histologi pada vagina. Memperngaruhi
pertumbuhan saluran kelenjar mammae sewaktu menyusui, mengontrol
pelepasan LH dan FSH, mensensitifkan otot-otot uterus, mengendorkan serviks,
vagina, vulva, serta menimbulkan kontraksi pada rahim. Estrogen juga memperkuat
dinding rahim untuk mengatasi kontraksi saar persalinan. Hormon ini juga
melembutkan jaringan tubuh, sehingga jaringan ikat dan sendi tubuh menjadi
lemah sehingga tidak dapat menyangga tubuh dengan kuat. Berperan penting dalam
menjaga kesehatan sistem genital, organ reproduksi dan payudara.
Dampak
Dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga terjadi penimbunan cairan yang menyebabkan pembengkakan. Selain itu dengan peningkatan hormon ini ibu hamil sering merasa sakit punggung. Dapat juga menyebabkan varises.
Dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga terjadi penimbunan cairan yang menyebabkan pembengkakan. Selain itu dengan peningkatan hormon ini ibu hamil sering merasa sakit punggung. Dapat juga menyebabkan varises.
5. Hormon Kehamilan Progesteron
Hormon
ini berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga plasenta
di dalam rahim. Juga dapat berfungsi untuk mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot
rahim, sehingga persalinan dini bisa dihindari. Hormon ini juga
membantu menyiapkan payudara untuk menyusui.
Dampak
Hormon ini dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa Anda sering pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah seks selama hamil.
Dampak
Hormon ini dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa Anda sering pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah seks selama hamil.
6. Hormon Kehamilan MSH (Melanocyte
Stimulating Hormone)
Hormon
kehamilan ini merangsang terjadinya pigmentasi pada kulit
Dampak
Menggelapkan warna puting susu dan daerah sekitarnya. Pigmentasi kecoklatan pada wajah, pada bagian dalam dan garis dari pusar ke baeah (linea nigra)
Dampak
Menggelapkan warna puting susu dan daerah sekitarnya. Pigmentasi kecoklatan pada wajah, pada bagian dalam dan garis dari pusar ke baeah (linea nigra)